sengaja aku berangkat sendirian, berjalan menyusuri iringan angin yg begitu kencang di sore hari, dan bersama sedikit kegalauan hati. aku melangkahkan kakiku menuju distrik Qoubr el-ziraah. tempat dimana beraneka macam jenis kebutuhan tersedia. sebuah pasar klasik semi modern terletak disana, yg bergaya memanjang bak antrian kantor, sepanjang jalan raya. hmm...Los Angeles pikirku. jalanan yang ramai, disibukkan dengan berbagai modernismenya, dan juga kegalauan eksistensi dari masyarakatnya. oh..bukan itu! melainkan, sebuah kawasan yg bising dengan bunyi klakson mobil, suara ibu-ibu yang tawar-menawar, dan juga bunyi sandal jepitku yg sengaja aku keluarkan bunyi darinya. aku merasakan ada!
satu putaran aku menyusurinya, dan pandanganku jauh memandang ke-kanan dan ke-kiri. berharap menemukan sebuah ke-eksotikan dari sebuah nilai. namun, aku kecewa! sampai di ujung jalan itu, aku tak menemukan apa yang aku cari. aku putuskan untuk mencari apa yang aku perlukan dari tempat itu. all alone, all by myself, dont wanna be, all by myself, anymore! serangkaian senandung Eric Carmen yang mengimajinasiku. all alone, but im alive! [untuk dindaku disana].
satu putaran jalan telah kulewati kembali, dan apa yang aku cari sudah kutemukan, yang memang diawal aku sudah memilih untuk beli ini disini, beli itu disitu, dst. sempat juga kata tanya melintasiku, hah..dia kok kaget melihatku? lhoh, kok mereka merasa asing denganku? dan kenapa mereka heran denganku? tapi, tak kunjung juga aku cari jawabnya, sembari berusaha memperjelas transaksiku dengan bapak-bapak penjaga warung itu, aku mengeraskan dialek-ku, dengan bahasa arab 'amiyah. bahasa arab yang digunakan oleh masyarakat mesir pada umumnya, dalam tingkatan bahasa percakapan. mereka terheran-heran! dan memang sengaja aku bikin mereka heran. mereka bertanya kepada seorang diantara mereka yang dekat denganku, is-al..min fein? lirih ditelingaku. ah..ternyata benar, mereka orang kampung yang ke-kota, dan jarang melihat seorang warga asing. simpulku yang sedari tadi aku cari-cari. ah..hal yang biasa dan tidak eksotis! aku melangkah, dan terus mencari!
Eric Carmen masih menjadi tokoh dalam senandungku, meski low-music dan tidak masuk dalam genre yang kusuka, tapi aku tahu. sengaja membela diriku yang sedari tadi berjalan sendirian, dalam usahanya memenuhi belanjaan untuk seminggu kedepan. aku berdiri di pinggir jalan raya, kucari yang agak lebar dan jauh jarak pandangnya, agar memudahkanku menyetop angkutan yang aku perlukan. Ya..'Aam..shodnowi! mumkeen??, tanyaku yang nyatanya dicuekin oleh seorang supir Taxi. hufh..yahrab-baitaaak! umpatku! sambil memandang mobil-mobil yang melintas, diselisiknya aku mencari Taxi yang lain, dan juga para pedagang dan pembeli yang berjubel. Ya..'Aam..shodnowi! mumkeen?? ku-ulangi lagi permintaanku. dan jawaban yang sama yang aku terima. memang, rute yang agak melingkar dan terasa jauh, meskipun sebenarnya hanya sepuluh menit bisa sampai tujuan tanpa harus memutar, tapi suasana sore tidak mendukung, banyak pegawai perkantoran yang hilir-mudik memenuhi jalanan itu. aku harus mencobanya lagi! Ya..'Aam..shodnowi! mumkeen??, ku-ulangi lagi permintaanku pada sopir Taxi yang lain. dan jawaban yang sama juga dari setiap sopir yang lain, cuek!. kenapa tiba-tiba begitu kompak masyarakat muslim yaks, mengapa begitu sempurna sekali hubungan psikologi para sopir Taxi itu, mengapa semuanya menolak-ku?, ah..masyarakat muslim tidak akan pernah kompak, psikologi tiap seseorang pasti berbeda, dan nyatanya ada seorang yang jauh disana menerimaku. begitu penolakan dan pembelaanku. aku pasti dapat, dan aku pasti dapat!
Permintaan yang sama, dan ku-ulang puluhan kali. akhirnya seorang pemuda sopir Taxi mau mengantarkanku. alhamdulillah!! hari udah sore, dan harus persiapan sholat maghrib, dan juga ingin langsung membuat masakan yang sengaja ingin aku hidangkan pada seorang yang puasa syawal. semoga tidak keduluan sama maghrib, begitu harapanku.
Muter dan melingkar, itu rute yang harus ditempuh. aku males berbasa-basi, aku ingin mencari pengganti dari sebuah ke-eksotisan yang sedari tadi tidak aku temui. aku memandang keluar, kejalan-jalan raya, menerobos beningnya kaca jendela Ford. hufh...aku terus mencari.
perjalanan itu semakin terasa, memang kadang perjalanan ini begitu melelahkan, tapi..kita harus kuat. begitu pendapatku. kita kuat dan kita bisa! pernyataan yang sering ku-ulang-ulang untuk seorang pujaan hatiku, yang jauh disana. yaa...kita bisa! bismillah! aku terkaget dalam pertanyaan-jawaban yang aku buat sendiri. Praaaaaaak, Pyiaaar!! segera aku cari-cari jawabannya, bunyi apa yang telah menggangguku. sontak aku berkata, salleem ya 'am, salleem! dia terdiam, dan segera menepikan mobilnya. dia menyenggol kaca spion mobil Taxi, patah, dan pecah. itu jawaban yang punya. sang sopir keluar dari mobil, dan menghampiri sang sopir Taxi tersebut. dari kejauhan aku melihat arah bibir sang sopir Taxi-ku yang berkata: 'Ma'alisy..ma'alisy'...perkataan yang diulang-ulang, sembari tangannyya memegang pundak sang sopir itu. aku terus memperhatikannya, tanpa ada kata dan jawaban darinya, tanpa ada selembaran kertas untuk menggantinya, dan tanpa ada senyum. hanya permintaan maaf. sang sopir yang harusnya mencak-mencak, dan mungkin bisa berkelahi, dia tidak mengambil jalan itu. dia langsung menancapkan gas mobilnya, tanpa ekspresi. sedang sang sopir Taxi-ku masih dengan mimik bersalahnya. aku tidak mengganggunya, dan membiarkannya dia diam. hufh...ini ke-eksotik-an yang aku temukan.
Ternyata sopir itu Kuat, meskipun kehilangan spion-nya, ternyata sopir itu kuat untuk meminta maaf, dan kenapa kita tidak kuat Nda...?? kita kuat kan ya!!??
Hay-Maoaf..11 oktober 2009
0 comments:
Post a Comment